Lukisan ilmuwan jenius Albert Einstein dalam bahasa Madura dipajang di pameran ‘Jelajah Madura’ di Pendopo Pemkab Bangkalan, Jawa Timur. Lukisan ini dibuat oleh Doddy Hermanto alias Mr D dari Kawoong Innovation dengan codeisme atau QR Art yang bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Madura setelah dipindai dengan smartphone. “Bahasa asli Einstein adalah Jerman, namun dengan perkembangan zaman yang pesat antara analog dan digital, kita bisa menggunakan teknologi untuk menghadirkannya,” ujar Mr D saat dihubungi telepon dari Pamekasan, Jawa Timur, pada hari Minggu.
Mr D, yang juga menjadi pembicara dalam acara pameran lukisan se-Nusantara, menjelaskan bahwa perpaduan antara analog dan digital sebenarnya seperti pisau bermata dua. Dia menyebutkan bahwa musik digital dulunya sulit diterima, tetapi sekarang hampir semua orang menggunakan digital karena kemajuan teknologi. “Teknologi digital membuka peluang baru untuk berekspresi dan berkreasi,” tambahnya.
Dengan menggunakan QR Art, lukisan ilmuwan terkenal asal Jerman dengan teori ‘relativisme’ tersebut dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Madura. Seni analog memiliki nilai intrinsik tersendiri dengan tekstur, goresan kuas, dan kekayaan suara alat musik analog yang menawarkan pengalaman estetika yang unik. Meskipun sulit membedakan antara analog dan digital sekarang ini, teknologi digital membawa tantangan bagi seni analog namun tidak akan menggantikannya sepenuhnya.
Mr D menekankan bahwa kedua jenis seni ini bisa saling melengkapi dan berkolaborasi untuk menciptakan bentuk seni baru dan inovatif. Masa depan seni mungkin akan mengarah pada perpaduan harmonis antara analog dan digital. “Tidak ada kata ‘tidak bisa’ bagi seorang Einstein karena kejeniusannya. Melalui lukisan codeisme atau QR Art, terjemahan dalam bahasa Madura bisa muncul dengan lancar,” tambahnya.
Pameran lukisan dengan tema ‘Jelajah Madura’ diikuti oleh seniman dari berbagai provinsi di Indonesia dan berlangsung di Pendopo Agung Pemkab Bangkalan mulai tanggal 19 Juli hingga 28 Juli 2024. Ketua Panitia, Arrya Afendiyanto, menjelaskan bahwa selain seniman senior, karya anak-anak dari tingkat SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Bangkalan juga turut serta dalam acara tersebut.
Lukisan-lukisan dengan tema budaya Madura, seperti karapan sapi, pakaian adat Madura, bunga, dan panorama alam, mendominasi pameran ini. Arrya menjelaskan bahwa Pameran Lukis Nasional ini merupakan upaya untuk memberikan wadah kepada pelukis dan perupa di Pulau Madura serta seluruh seniman di Nusantara. “Kami berharap dapat memberikan apresiasi kepada masyarakat dan mendorong generasi muda untuk terus berkarya,” ujarnya.
Selain pameran lukisan, kegiatan melukis ‘on the spot’ oleh masyarakat, seniman, dan pelajar juga menjadi bagian dari acara di kabupaten Bangkalan. Semoga pameran ini dapat memotivasi generasi muda untuk terus berkarya dan menghasilkan karya seni yang inspiratif.