Pemerintah Kucurkan Dana Replanting Rp 60 Juta untuk Tingkatkan Produktivitas Kelapa Sawit

Peningkatan produktivitas kelapa sawit merupakan salah satu tantangan besar yang akan dihadapi oleh industri ke depan. Luasnya lahan sawit yang sudah “tua” telah menyebabkan stagnasi dalam produktivitas komoditas andalan Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Menurut data Riset Perkebunan Nusantara (RPN), dari total 6,94 juta hektar lahan milik petani, sekitar 1,36 juta hektar di antaranya ditanami oleh pohon-pohon yang berusia di atas 25 tahun. Sementara itu, tanaman muda dengan usia di bawah 3 tahun mencapai 1,64 juta hektar dan tanaman dewasa antara 4-25 tahun seluas 3,94 juta hektar.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah terus mendorong program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Dana bantuan replanting sawit telah ditingkatkan dari Rp 30 juta per hektar menjadi Rp 60 juta per hektar. Meskipun program peremajaan sawit kurang diminati oleh petani karena mereka tidak akan mendapatkan pendapatan dari sawit selama minimal 5 tahun, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman, optimis bahwa peningkatan dana bantuan replanting bisa menarik minat petani untuk memanfaatkan program tersebut.

BPDPKS mencatat bahwa bantuan replanting telah mencapai 156.000 petani atau setara dengan 350.000 hektar lahan, sementara lahan potensial yang bisa direplanting mencapai 2 juta hektar di Indonesia. Dalam jangka panjang, BPDPKS menargetkan program replanting dapat meningkatkan produksi CPO petani hingga 8 juta ton per tahun untuk mendukung program strategis pemerintah.

Eddy berharap bahwa dengan program replanting, produksi CPO Indonesia dapat mencapai 83,4 juta ton pada tahun 2045. Namun, jika program ini tidak berjalan, produksi CPO nasional berisiko menurun dalam beberapa tahun ke depan. Patricio Grassini, seorang profesor dari University of Nebraska-Lincoln (USA), menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan yield kelapa sawit seperti yang terjadi pada komoditas padi dan jagung. Dengan replanting dan intensifikasi, ia memproyeksikan bahwa produktivitas CPO bisa naik dari 3,4 ton per hektar saat ini menjadi 8 ton per hektar.

Grassini juga menekankan pentingnya meningkatkan produktivitas secara intensif untuk mengatasi tantangan seperti keterbatasan lahan, beban tenaga kerja, dan isu-isu lingkungan. Dengan demikian, Indonesia dapat memaksimalkan potensi kelapa sawit sebagai salah satu komoditas unggulan yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi negara. Semoga dengan upaya bersama dan dukungan penuh dari pemerintah dan petani, produktivitas kelapa sawit Indonesia dapat kembali meningkat dan memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

By admin